Selasa, 19 Januari 2021

                                              MORFOLOGI DAUN  (FOLIUM)

A. PENGERTIAN DAUN

Daun merupakan organ tumbuhan yang melekat pada batang. Daun yang lengkap terdiri atas 3 bagian yaitu :

1.     pelepah (vagina)

2.     tangkai (petiolus)

3.     helaian (lamina)

 

      Namun tidak semua daun memiliki ketiga bagian itu, jika satu atau dua bagian tidak ditemukan maka daun disebut tidak lengkap.

 

Mengenai susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan yaitu:

 

1.   Hanya terdiri atas petiolus dan lamina. Contoh: daun nangka (Artocarpus integra Merr.), daun    mangga (Mangifera indica L.).

2.   Daun terdiri atas vagina dan lamina. Contoh: daun padi (Oryza sativa L.), daun jagung (Zea       mays L.).

3.   Daun hanya terdiri atas lamina saja, disebut juga daun duduk (Sessilis). Contoh: daun biduri        (Calotropis gigantea R.Br.)

4.   Hanya terdiri dari petiolus saja. Contoh: Acacia auriculiformis A. Cunn.

 

Selain itu, terdapat alat-alat tambahan yang terdapat dekat dengan daun yaitu:

 

1.   Daun penumpu (stipula), dua helai seperti daun kecil yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai daun dan umumnya berguna melindungi kuncup yang masih muda. Contoh: nangka (Artocarpus integra Merr.).

2.   Selaput bumbung (ocrea), selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang. Contoh: karet-karetan (Ficus elastica).

3.   Lidah-lidah (ligula), selaput kecil terdapat pada batas antara upih dan helaian. Contoh: rumput-rumputan.

 

B.  SIFAT-SIFAT DAUN

1.   Bangun Daun (Circumscriptio)

Berdasarkan letak bagian daun yang terlebar dapat dibedakan 4 golongan, yaitu daun dengan:

a)  Bagian terlebar terdapat kira-kira di tengah-tengah helaian daun. Jika demikian keadaannya, maka anda jumpai kemungkinan bangun daun seperti berikut:

1)   Bulat (orbicularis), jika panjang: lebar = 1:1. Contoh: daun teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce).

2)   Bangun perisai (peltatus), biasanya bangun bulat, mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun. Melainkan pada bagian tengah helaian daun. Contoh: daun teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce).

3)   Bangun jorong (ovalis/ellipticus), jika panjang: lebar =1½-2: 1. Contoh: daun nangka (Artocarpus integra Merr.).

4)   Bangun memanjang (oblongus), jika panjang: lebar =2½-3:1. Contoh: daun srikaya (Annona squamosa).

5)   Bangun lanset (lanceolatus), jika panjang: lebar =3-5:1. Contoh: daun kamboja (Plumeira acuminata).

 

b)  Bagian terlebar terdapat di bawah tengah-tengah helaian daun, dapat juga dibedakan dalam 2 golongan yaitu :

-  Pangkal daunnya tidak bertoreh

1)   Bulat telur (ovatus). Contoh: daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.).

2)   Segitiga (triangularis). Contoh: daun bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.).

3)   Delta (deltoideus). Contoh: daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook.et Arn.).

4)   Belah ketupat (rhomboideus). Contoh: daun bangkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.).

 

-  Pangkal daun bertoreh

1)   Jantung (cordatus). Contoh: daun waru (Hibiscus tiliceus L.).

2)   Ginjal (reniformis). Contoh: daun pagagan (Centella asiatica Urb.).

3)   Anak panah (sagittatus). Contoh: daun enceng (Sagittaria sagittifolia L.).

4)   Tombak (hastatus). Contoh: daun wewehan (Monochoria hastata Solms.).

5)   Bertelinga (auricularis). Contoh: daun tempuyung (Sonchus asper Vill.).

 

 c)  Bagian terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun

1)   Bulat telur sungsang (obovatus). Contoh: daun sawo kecik (Manilkara kauki Dub.).

2)   Jantung sungsang (obcordatus). Contoh: daun calincing (Oxalis corniculata L.).

3)   Segitiga terbalik/pasak (cuneatus). Contoh: daun semanggi (Marsilea crenata Presl.).

4)   Sudip/spatel/solet (spathulatus). Contoh: daun lobak (Raphanus sativus L.).

  

d). Tidak ada bagian yang terlebar

1)   Bangun garis (linearis). Contoh: daun rumput-rumputan (Gramineae).

2)   Bangun pita (ligulatus). Contoh: daun jagung (Zea mays L.).

3)   Bangun pedang (ensiformis). Contoh: daun nenas sebrang (Agave sisalana Perr.).

4)   Bangun paku/dabus (subulatus). Contoh: daun Araucaria cunninghamii Ait.

5)   Bangun jarum (acerosus). Contoh: daun pinus (Pinus merkusii Jungh.& De Vr.).

 

2.   Ujung Daun (Apex folii)

Ujung daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang bervariasi, misalnya:

 

a.    Runcing (acutus). Contoh: daun oleander (Nerium oleander L.).

b.   Meruncing (acuminatus). Contoh: daun sirsat (Annona muricata L.).

c.    Tumpul (obtusus). Contoh: daun sawo kecik (Manilkara kauki Dub.).

d.   Membulat (rotundatus). Contoh: daun teratai (Nelumbium nelumbo Druce).

e.    Rompang (truncatus). Contoh: daun jambu monyet (Anacardium occidentale L.).

f.     Terbelah (retusus). Contoh: daun calincing (Oxalis corniculata L.).

g.    Berduri (mucronatus). Contoh:  daun nenas sebrang (Agave sp.).

 

3.   Pangkal Daun (basis folli)

a.    Runcing (acutus), daun bangun memanjang, lanset, belah ketupat.

b.   Meruncing (acuminatus), daun bangun bulat telur sungsang.

c.    Tumpul (obtusus), daun bangun bulat telur, jorong.

d.   Membulat (rotundatus), daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur.

e.    Rompang/rata (truncatus), daun bangun segitiga, delta, tombak.

f.     Berlekuk (emarginatus), daun bangun jantung, ginjal, anak panah.

 

4.   Susunan tulang daun (Venatio)

Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam 3 macam, yaitu:

a.    Ibu tulang (costa), tulang daun yang terbesar, merupakan terusan tangkai daun.

b.   Tulang-tulang cabang (nervus lateralis), tulang-tulang daun yang lebih kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang atau cabang-cabang tulang.

c.    Urat-urat daun (vena), tulang-tulang cabang bercabang lagi, lebih kecil dan tersusun seperti jala.

 

Berdasarkan susunan tulang daun, anda dapat membedakan daun menjadi 4 golongan, yaitu:

a.    Daun bertulang menyirip (penninervis). Daun mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan dari tangkai daun. Contoh: daun tanaman dikotil (dicotiledoneae).

b.   Daun bertulang menjari (palminervis). Ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan. Contoh: daun papaya (Carica papaya L.), daun jarak (Ricinus communis L.).

c.    Daun bertulang melengkung (cervinervis). Daun ini mempunyai beberapa tulang yang besar, satu di tengah, yaitu paling besar, sedangkan lainnya mengikuti jalannya tepi daun. Contoh: daun genjer, daun gadung.

d.   Daun bertulang sejajar (rectinervis). Daun ini mempunyai satu tulang di tengah yang besar membujur daun, sedangkan tulang-tulang lainnya lebih kecil dan tampak semua mempunyai arah yang sejajar dengan ibu tulang daun. Contoh: daun tanaman monokotil (Monocotyledoneae).

 

5.   Tepi Daun (Margo Folli)

Dalam garis besarnya tepi daun dapat dibedakan dalam 2 macam :

 

a.   Tepi rata (integer), contoh: daun nangka (Artocarpus integra L.)

b.   Tepi bertoreh (divisus),

Toreh yang tidak mempengaruhi atau mengubah bangun asli daun. Sinus adalah torehnya sendiri, sedangkan angulus adalah bagian tepi daun yang menonjol keluar.

Berdasarkan torehnya, tepi daun dapat dibedakan atas:

a.   Tepi daun dengan toreh yang merdeka

1) Bergerigi (serratus), jika sinus dan angulus sama lancipnya. Contoh: daun lantana (Lantana camara L.).

2) Bergerigi ganda (biserratus), seperti bergerigi, namun angulus lebih besar dan tepinya bergerigi lagi.

3) Bergigi (dentatus), jika sinus tumpul, angulus lancip. Contoh: daun beluntas (Pluchea indica Less.).

4)  Beringgit (crenatus), kebalikan bergigi. Contoh: cocor bebek (Kalanchoe pinnata Pers.).

5)  Berombak (repandus), jika sinus dan angulus sama-sama tumpul. Contoh: daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.).

 

 b.   Tepi daun dengan toreh yang mempengaruhi bentuk.

Berdasarkan dalamnya toreh, tepi daun dapat dibedakan dalam yang:

1)   Berlekuk (lobatus), jika dalamnya toreh kurang daripada setengah panjangnya tulang-tulang daun.

2)   Bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih sampai tengah-tengah panjang tulang-tulang daun.

3)   Berbagi (partitus), jika dalamnya toreh melebih setengah panjang tulang-tulang daun.

 

6.   Daging Daun (Intervenium)

Daging daun adalah bagian daun yang terdapat di antara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Tebal tipisnya helaian daun, pada hakekatnya juga tergantung pada tebal tipisnya daging daunnya. Berkaitan dengan hal ini, dapat dibedakan daun yang:

a.   Tipis seperti selaput (membranaceus), contoh: daun paku selaput (Hymenophyllum australe Willd.).

b.   Seperti kertas (papyraceus), contoh: daun pisang (Musa paradisiaca L.).

c.   Tipis lunak (herbaceus), daun slada air (Nasturtium officinale R.Br.).

d.   Seperti perkamen (perkamenteus), contoh: daun kelapa (Cocos nucifera L.).

e.   Seperti kulit/belulang (coriaceus), contoh: daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.).

f.    Berdaging (carnosus), contoh: daun lidah buaya (Aloe vera L.).

 

7.   Warna Daun

Pada umumnya daun berwarna hijau tetapi tidak jarang kita menjumpai daun warnanya tidak hijau. Sebagai contoh terdapat daun yang berwarna : 

 

a.    Merah, misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypha wilkesiana M.Arg).

b.   Hija bercampur atau tertutup warna merah, misalnya daun puring (Codiaeum variegatum Bl.).

c.    Hijau tua, misalnya daun nyamplung (Colophyllum inophyllum L.).

d.   Hijau kekuningan misalnya daun tanaman guni (Corchorus capsularis L.).

 

8.   Permukaan Daun

Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda, biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau mengkilat, jika di bandingkan dengan sisi bawah daun. Kadang-kadang pada permukaan daun terdapat alat tambahan yang berupa sisik-sisik, rambut-rambut, duri dan lain-lain. Melihat keadaan permukaan daun itu kita dapat membedakan permukaan daun yang: 

 

a.   Licin (laevis)

-  Mengkilat (nitidus), misalnya  sisi atas daun kopi (Coffea robusta Lindl), beringin (Ficus benjamina L.).

-  Suram (opacus), misalnya daun ketela rambat (Ipomoea batatas Poir.).

 

-  Berselaput lilin (pruinosus), misalnya sisi bawah daun pisang (Musa paradisiaca L.), daun tasbih (Canna hybrida Hort.).

b.   Gundul (glaber), misalnya daun jambu air (Eugenia aquea Burm.).

c.   Kasap (scaber), misalnya daun jati (Tectona grandis L.).

d.   Berkerut (rugosus), misalnya jambu biji (Psidium guajava L.).

e.  Berbingkul-bingkul (bullatus), misalnya daun air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook et Arn.).

f.   Berbulu (pilosus), misalnya daun tembakau (Nicotiana tabacum G.Don).

g.  Berbulu halus dan rapat (villosus)

h.   Berbulu kasar (hispidus), misalnya daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.).

i.   Bersisik (lepidus), misalnya daun durian (Durio zibethinus Murr.).

 

C.  Daun Tunggal dan Majemuk

Daun majemuk dapat anda bedakan dengan daun tunggal yaitu daun tunggal (folium simplex), pada tangkai daun hanya terdapat 1 helaian daun saja. Sedangkan daun majemuk (folium compositum), tangkai daun bercabang lagi, pada cabang tangkai tersebut.

   Bagian-bagian daun majemuk seperti bagian-bagian daun tunggal tapi ada bagian penting yang mencirikan daun majemuk itu sendiri yaitu: 

 

1. Ibu tangkai daun (petiolus communis), yaitu bagian daun yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daunnya yang disebut anak daun (foliolum).

2.   Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun.

3. Anak daun (foliolum), yaitu bagian-bagian helaian daun karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah.

 

Terdapat hal-hal yang jika kurang seksama pemeriksaannya dapat menyesatkan, seperti misalnya :

a. Pada pohon cermai (Phyllanthus acidus Skeels) dan belimbing wuluh (Averhoa bilimbi L.) keduanya memiliki daun majemuk, tetapi daun majemuk ini sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak-anak daunnya mempunyai umur yang berbeda, oleh karena itu tidak gugur pada waktu yang sama.

b.   Pada tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan katuk (Sauropus androgynus Merr.) terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang berseling, yang tumbuh mendatar dari batang pokok dan terbatas pertumbuhannya (tidak bertambah panjang lagi) cabang-cabang berdaun ini kita kira daun majemuk, tetapi dari ketiak-ketiak daun akan keluar bunga.

Menurut susunan anak daun pada ibu tangkai, daun majemuk dapat anda bedakan dalam 4 golongan yaitu : (1) Daun majemuk menyirip (pinnatus), (2) Daun majemuk menjari (palmatus), (3) Daun majemuk bangun kaki (pedatus), dan (4) Daun majemuk campuran (digitato pinnatus).

 

1.     Daun majemuk menyirip (pinnatus) ialah daun majemuk yang anak dunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun seperti sirip ikan. Daun majemuk menyirip dapat anda bedakan dalam beberapa macam yaitu :

a.   Daun majemuk menyirip beranak daun 1 (unifoliolatus). Contoh: daun berbagai jenis tanaman jeruk (Citrus sp.).

b.   Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus). Contoh: daun asam (Tamarindus indica L.).

c.   Daun majemuk menyirip gasal (impari pinnatus). Contoh: daun mawar (Rosa sp.), daun pacar cina (Aglaia odorata Lour.).

Menurut ukuran anak-anak daun, daun majemuk menyirip dibedakan lagi yaitu:

a.   Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan atau berhadap-hadapan

b.   Daun majemuk menyirip berseling

c.   Daun majemuk menyirip berselang-seling.

 

2.     Daun Majemuk Menjari (Palmatus/Digitatus), daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari tangan. Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut:

a.   beranak daun 2 (bifoliolatus). Cth: daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.).

b.   beranak daun 3 (trifoliolatus). Cth: daun pohon para (Hevea  brasiliensis Muell.).

c.   beranak daun 5 (quinquefoliolatus). Cth: daun maman (Gynandropsis pentaphylla D.C.)

d.   beranak daun 7 (septemfoliolatus). Cth: daun randu (Ceiba pentandra Gaertn.).

 

3.  Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus), mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi anak dau yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai tetapi duduk pada tangkai anak daun yang disampingnya. Contoh: Arisaema filiforme (araceae).

4.   Daun Majemuk Campuran (Digitato pinnatus), daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai yang memencar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cbang ibu tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip. Contoh ; daun si kejut (Mimosa pudica L.).

 

D.     Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)

            Jika anda membandingkan duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan, ternyata bahwa ada perbedaan, terutama mengenai aturan letak daun-daun satu sama lain pada batang. Aturan mengenai letak daun pada batang disebut tata letak daun. Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang yaitu :

 

1.   Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun

Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati adalah b = pecahan a/b= rumus daun/divergensi. Jadi untuk mencapai 2 daun yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat pula sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertikal) yang disebut ortostik. Garis spiral yang kita ikuti melingkar batang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun berturut-turut dari bawah ke atas, yang disebut spiral genetik

 

2.   Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun

Dua daun pada stiap buku letaknya berhadapan dengan jarak 180o. Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun lainnya. Tata letak yang demikian disebut berhadap-berseling (folio opposita). Misanya pada soka (Ixora paludosa Kurz.), mengkudu (Morinda citrifolia L.).

 

3.   Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun

Tata letak daun yang lebih dari dua daun pada buku-buku batang disebut berkarang (folia verticillata) misalnya pada pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.), oleander (Nerium oleander L.).

 

E.      Bagan, Diagram Tata Letak Daun dan Spirostik

1.   Bagan tata letak daun

Jika yang digambarkan tata letak daun menurut rumus 2/5 misalnya, kita harus menggambar terlebih dahulu 5 ortostiknya dan seterusnya daun-daun pada setiap buku-bukunya yang jaraknya 2/5 lingkaran, maka kita akan melihat, bahwa dimulai dengan daun mana saja, setelah spiral genetik melingkari batang sampai dua kali akan melewati 5 daun.

 

2.   Diagram tata letak daun

Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Jika diproyeksikan pada suatu bidang datar, maka pada buku-buku batang akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak batang akan merupakan titik pusat lingkaran tadi. Ortostik akan menjadi jari-jari lingkaran. Sebagai contoh diambil tata letak daun menurut rumus 2/5, maka untuk memperlihatkan daun yang duduk pada satu ortostik sekurang-kurangnya harus membuat 6 lingkaran yang konsentris dan ortostiknya akan membagi lingkaran-lingkaran tadi dalam 5 sektor yang sama besar.

3.   Spirostik

Suatu tumbuhan memiliki garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan yang sangat karakteristik ialah perubahan ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkari batang. Dalam keadaan yang demikian spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang disebut spirostik. Pertumbuhan batang tidak lurus tapi memutar sehingga ortostik ikut memutar dan berubah menjadi spirostik.

Tumbuhan yang memperlihatkan sifat demikian misalnya, Pacing (Costus speciosus Smith), mempunyai satu spirostik. Bupleurum falcatum mempunyai dua spirostik dan Pandanus tectorius L. mempunyai 3 spirostik.

 

RANGKUMAN

1.       Daun terdiri dari daun lengkap dan daun tidak lengkap. Daun yang lengkap terdiri atas 3 bagian yaitu pelepah, tangkai dan helaian. Namun tidak semua daun memiliki ketiga bagian itu, jika satu atau dua bagian tidak ditemukan maka daun disebut tidak lengkap.

2.       Sifat-sifat daun yang dipelajari adalah bangun atau bentuk daun, ujung daun, pangkal daun, tepi daun, susunan tulang daun, warna daun, daging daun, dan permukaan daun.

3.    Daun majemuk dapat dibedakan dengan daun tunggal yaitu daun tunggal, pada tangkai daun hanya terdapat 1 helaian daun saja. Sedangkan daun majemuk, tangkai daun bercabang lagi, pada cabang tangkai tersebut.

4.    Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang yaitu: Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun, Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun, Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.

5.      Untuk mengetahui tata letak daun kita dapat membuat bagan dan diagram dilengkapi dengan garis spirostik, ortostik dan spiral genetik.

 

Daftar Pustaka 

Sumardi, I. & Pudjoarinto, A. 1996. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Yogyakarta. 

Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar